Langsung ke konten utama

Semangat Menuntut Ilmu


“ Tidak ada yang sia-sia dalam menuntut ilmu
 jika diniatkan lillah karena-Nya “

-Syifa Putri Faradiba-


Masih ingatkah, surat apa yang pertama kali diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala  kepada Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam melalui perantara Jibril. Surat tersebut termasuk surat makiyah, karena surat itu diturunkan di Makkah sebelum Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam hijrah ke Madinah.

Lalu surat ini diturunkan pada malam 17 Ramadhan. Malam itu Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkhalwat kepada Allah, menyendiri dari orang-orang Makkah, karena orang-orang Makkah sangat jahil.

Rasulullah Shallahu  ‘Alaihi  Wa Sallam merenungi masyarakat Makkah yang jahil di Gua Hiro. Sampai pada Jibril datang menghampiri Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam dan berkata “Iqro ya Muhammad” lalu Rasulullah dipeluk oleh Jibril dengan pelukan sampai 3 kali, yang ketiga kalinya Jibril menuntun Rasulullah dalam surat Al-Alaq 1-5.

Rasulullah sangat ketakutan karena Rasulullah tidak tahu Jibril itu siapa. Sesampainya dirumah Rasulullah berkeringat  dan merasa ketakutan, lalu khadijah meminimalisir ketakutan Rasulullah dengan menyelimutinya.

 Di surah ini, kita diperintahkan  Allah untuk membaca. Karena dalam  membaca kita akan menambah wawasan. Bukan hanya menambah wawasan yang luas saja namun dapat merubah peradaban, dari yang buruk menjadi peradaban generasi rabbani.


Tidak akan pernah merugi orang yang menuntut ilmu, karena ilmu seperti cahaya di tengah kegelapan, akan menerangkan sekelilingnya, agar tidak lagi buta melihat suatu kebenaran. Dengan ilmu akan mudah kita menerima masukan kebenaran, dengan ilmu tidak buta akan dunia. Sebaik-baiknya ilmu, yaitu mempelajari ilmu agama.

Karena dengan kita menuntut ilmu agama, tidak akan tersesat dunia dan akhirat. Kehidupan kita akan jauh lebih tenang, dan tidak menjadikan kita rakus dengan dunia semata. Dengan ilmu Allah telah menjanjikan bahwa akan ditinggikan derajatnya.

Namun bukan berarti ilmu yang lain tidak memiliki manfaat. Ilmu lain juga perlu untuk dipelajari, karena dengan ilmu dapat menolong orang lain. Menolong dalam hal apa?
Menolong agar terbebas dari kebodohan. Ilmu kebaikan jika kita menjalankan dengan lillah akan berbuah pahala lohh.

Niatkan segala sesuatu karenanya akan menjadi ibadah, menjadi hitungan pahala. Dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang kita punya diajarkan kepada orang lain, dan akan menjadi pahala jariyah untuk yang mengajarkan.

Orang yang kaya raya sebetulnya bukan karena harta, tapi karena ilmu yang ia miliki bermanfaat bagi banyak orang. Bahkan saat kita ingin jauh lebih bersabar harus memiliki ilmu. Bagaimana kita akan bersabar jika kita tidak mengetahui ilmunya. Seperti jika ingin bersabar, harus meningkatkan keimanan, berakal sehat, jika keduanya kuat akan menurunkan hawa nafsu. Karena bersabar akan mengalami rasa sesak, kenapa sesak? Hal ini lagi-lagi ada ilmunya, karena hati sedang bertaruh antara iman dan akal sehat dengan hawa nafsunya. Dan sebetulnya jika memilih hawa nafsu akan membakar diri secara tidak sadar. Jika memilih iman dan akal sehat akan selamat.

Sekecil apapun di dunia ini pasti ada ilmunya. Mie instan pun ada tata cara buatnya, dan untuk mengetahuinya kita harus membaca, nah dengan membaca ini akan menambah wawasan kita.

Allah telah memerintahkan kita untuk membaca. Memang seberapa penting membaca itu? Sangat penting, karena sudah di perintahkan oleh-Nya pasti memiliki sejuta bahkan tak terhingga manfaatnya. Karena membaca dan ilmu itu saling beriringan, saling berpegangan tangan. Jika tangan lepas salah satunya, jika melepas tangan untuk tidak membaca, dari manakah ilmu yang akan di dapat, karena membaca hal yang sedikit pun enggan. Jika perintah membaca kau lepaskan, sama saja kamu akan kehilangan ilmu.

Pasti kita kerasa banget deh, saat ulangan tiba, tapi kita tidak menyicil belajar dari jauh-jauh hari, bahkan bukan SKS (Sistem Kebut Semalam) pun tidak dilakonin, bisa di bilang tidak buku sama sekali, dalam artian males. Saat lembar jawaban dan soal sudah di tangan, dan mata tertuju pada soal, pasti tangan mulai menggaruk-garuk kepala padahal tidak gatal, alias menggaruk-garuk karena kebingungan mau jawab apa, karena tidak ada satupun yang dibaca. Begitu lah contoh kecil, betapa membaca itu berkaitan erat dengan ilmu.

Dengan membaca juga akan menguatkan ingatan kita lohh. Jadi banyak banget manfaat dari membaca, dapat menambah wawasan, menambah kosa kata, dan yang paling kerennya dapat membentuk generasi-generasi peradaban yang lebih beradab lohh. Akan membentuk anak-anak yang sholeh dan sholeha, dengan ilmu agama yang telah mengalir pada hati dan pikirannya, saat kedua orang tuanya tiada, doanya akan selalu mengalir pada kedua orang tuanya.

Dan pernah tidak kita mengatakan ini saat ujian dan kita sudah membaca, padahal yang keluar materinya sedikit tidak sebanyak apa yang sudah dibaca, lalu berkata "Kalau seperti ini, sia-sia belajar banyak". Eitsss muslimahku ilmu tidak ada yang sia-sia lohh, hal yang telah kamu baca sudah melekat pada otakmu, kamu bisa manfaatkan ilmu untuk teman-temanmu yang belum memahami materi yang kamu baca.

Ilmu itu akan terus bertambah saat kita berbagi dan tidak akan berkurang, jika harta yang kita pegang akan habis jika berfoya-foya tanpa sisa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya Kata

Detik-detik hitungan hari Hingga berubah menjadi bulan Perlahan-lahan mengubahnya menjadi tahun Semasa itu telah kita jalani Bahkan menciptakan suasana yang mengikat Yang membuat kita rindu Dan hingga ku percaya Dengan adanya datang lalu berpisah Tidak.... Ini bukan sebuah kata berpisah Mungkin singkatnya Hanya waktu yang berubah saja Ya tentu.... Kita meranjak menuju mimpi-mimpi Yang dulu hanya sebuah angan yang terperangkap Sampai akhirnya Kita mampu menjemput impian Yang dulu hanya angan semata Kini ku harap Kita dapat menciptakan susana hangat  Seperti hari-hari lalu Semoga sang maha pencipta Selalu ada di setiap langkah mu Pesan ku sederhana Jangan buat mimpi mu Yang telah kau capai Menjadikan mu buta akan dunia Tetaplah menjadi seseorang kawan yang ku kenal dulu...

WANITA

     Assalamualaikum guys, duhh lama banget syifa ga nulis yahhh , karena memang tugas tugass yang  harus di selesaikan hehehe, dan Alhamdulillah syifa masih bisa nulis lagiii, yeayyyyyy kali ini syifa bakal share sedikit, apa yang syifa dapatkan, yaitu tentang wanita.     seperti kita ketahui ya guys, wanita itu pada dasarnya bersifat sangat lembutt sekaliii, maka dari itu wanita adalah madrasah bagi anak - anakkkk, ya tidakk?? iyaa pastii yahh. Dahulu kaum wanita dipandang hina dan kedudukannya direndahkan muncullah Islam mengembalikan dan meletakkan kedudukan wanita pada tempatnya. Dalam  Al-Quran kedudukan wanita diakui dan dihormati. Masyallah yah betapa wanita sangat di jaga dalam islam, dari mulai menjaga auratnya, tutur katanya, sikapnya sangat di jaga sekalii untuk wanita. Wanita harus merendahkan suaranya dan berkata baik, Allah Berfirman: "Janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang didalam hatinya ada penyakit,dan ucapkanlah perkat

Muslimah Janganlah Mengeluh

Di pembahasan sebelumnya, kita sudah membahas kekuatan kesabaran. Pembahasan kali ini ialah muslimah janganlah mengeluh. Pernah tidak, kita merasa saat mengeluh perasaan hati kita tenang, pernah tidak, kita merasa saat mengeluh tidak menyelesaikan masalah yang ada. Kita manusia pasti pernah mengeluh, mengeluhkan keadaan yang sebenernya sudah lelah. Mengeluh datang dari di fikiran kita yang negatif. Lalu mengapa kita tidak boleh mengeluh, jika memang manusia sering sekali mengeluh? Kita memiliki ujian yang berbeda, mengeluh pasti ada, namun, kita tepis lagi dengan tanamkan dalam hati, bahwa Allah selalu ada untuk kita, tidak akan meninggalkan kita sendirian. Dan Allah sesuai dengan prasangka hambanya. Jika kita negatif, keadaan pun negatif, namun jika kita berfikir positif keadaan pun menjadi positif. Mengeluh juga bukan hanya kita di timpa musibah atau ujian. Mengeluh bisa hadir juga kerana merasa tidak percaya diri. Seperti “ Ko muka jerawatan terus  yah, jadi jelek gini”, “Enak bange