Kenapa
sih manusia itu bisa bersifat langit atau sombong sampai membuat hati orang
lain sakit hati?
Maka
dari itu, sebelum kita membahas kenapa manusia bisa besifat langit. Kita telusuri
terlebih dahulu, bahwa sifat sombong itu tak sadar manusia lakukan jika ia
menuruti hawa nafsunya dan tidak berusaha memunculkan sifat tawadhunya. Karena sifat
tawadhu itu tidak semerta-merta datang dengan sendirinya, namun butuh kita
bentuk dan usahakan. Jika kita tidak diusahakan, sifat angkuhlah yang dominan
dan akan membakar diri kita sendiri dan akan menghantar kehancuran diri kita
sendiri dihadapan Allah dan manusia.
Teman-teman
muslimah, masih ingatkah Fir’aun yang memiliki sifat sombong sampai-sampai ia
mengaggap dirinya sebagai tuhan dan Allah datangkan Nabi Musa untuk mendakwahi
Fir’aun, namun karena kesombongannya itu akan mengantarkan kerasnya hati untuk
menerima kebenaran dan juga akan menimbulkan kezoliman. Maka dari itu Fir’aun
tidak menerima dakwah Nabi Musa, padahal apa yang didakwahkan Nabi Musa akan
menyelamatkan ia dari kesesatan, namun karena keangkuhannya ia menolaknya. Dan kezolimannya
kepada istrinya Asiyah saat mengetahui keimanan Asiyah kepada Allah, ia siksa
Asiyah sampai berpulang kepada Allah. Detik-detik saat Fir’aun ditergelamkan
oleh Allah, disaat itulah Fir’aun tersadar, bahwa dirinya tidak ada kuasa
apapun, sekalipun terhadap dirinya sendiri, namun sayang, terlambat sudah ia
tersadar karena ajalnya lebih dulu datang.
Dan
teman-teman muslimah, apakah masih ingat dengan qorun, yang kaya raya, menimbun
hartanya, dan menganggap diri dia lah yang menyebabkan dia kaya raya, bukan
Allah yang mengkayakannya. Sifat sombongnya ini Allah binasakan qorun dengan
harta-hartanya.
Naudzubillah
yah teman-teman muslimah, semoga kita terhindar dari hawa nafsu kesombongan. Dari
Fi’aun dan Qorun ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa memang benar, bahwa
kesombongan adalah tanda kehancuran.
Dan
kita masuk kedalam pembahasan, bahwa kenapa sih manusia bisa bersifat langit,san
akan menyebabkan orang lain sakit hati? Sudah terbayangkan dalam benak kita
bahwa orang yang memiliki hawa nafsu kesombongan, karena di dalam dirinya ada
suatu kelebihan yang orang lain di sekitarnya tidak memilikinya. Seperti kelebihan
harta, tingginya ilmu, paras yang rupawan, jabatan dan lain sebagainya, yang membuat
kita buta akan kebenaran jika kita menuruti hawa nafsu kesombongan. Dan jika
manusia sudah menuruti hawa nafsu kesombongannya, dirinya ingin dipandang
sebagai orang yang luar biasa, pencapaian yang ia capai diniatkan bukan semata
karena Allah, namun karena ingin mendapat gelar di hadapan manusia, ingin
menjadi orang yang terpandang.
Memiliki
sifat sombong akan membuat diri ini menjadi merendahkan orang lain hal inilah
yang membuat orang lain tersakiti hatinya. Ada segelintir kisah pribadiku, dulu
sejak jaman SMA. Aku memang rendah sekali dalam Matematika, selalu mendapatkan
nilai yang rendah. Pada suatu ketika, aku meminta tolong kepada temanku untuk
mengajariku Matematika, saat itu aku belajar dengan teman-teman aku yang lain
juga. Aku diajari oleh temanku yang memang ia pintar sekali matematikanya. Namun
ada satu hal yang jauh dari perkiraanku, saat temanku mengajariku, ia katakan
sesuatu kepadaku bahwa aku lambat sekali dalam memahami matematika. Saat ia
mengatakan itu padaku, aku mencoba untuk menahan air mata yang sebetulnya aku
tidak pandai menyembunyikan tangis, kalimat yang ia katakan sangat menohok
dalam hati. Proses belajarpun telah usai, bergegaslah aku merapihkan tas dan
berjalan menuju gerbang sekolah untuk menunggu kendaraan umum datang. Saat kendaraan
umum datang, dan kondisi dikendaraan umum itu kosong, tak tertahan lagi air
mata ini sejak awal tadi, aku tumpahkan di kendaraan umum ini sambil mulutku
tertutup dengan masker, jadi tidak ada yang mengetahui pada saat itu jika aku
menangis. Sempat tidak percaya diri lagi saat temanku mengatakan seperti itu. Namun
diriku mencoba bangkit dan memaafkan agar hati tidak terlampau sakit.
Baik
teman-teman muslimahku, dari segelintir kisahku tadi, kita dapat mengambil
pelajaran bahwa, jika kita mempunyai ilmu dan teman disekitarmu belum memahaminya,
janganlah bersifat angkuh yang tersalurkan melalui lisan yang menyakitkan,
bersifat rendah hatilah, karena hal itu akan menyelamatkan diri kita dari
kesombongan.
Teman-teman
muslimahku, Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam telah mengajarkan kita untuk
bersifat tawadhu. Karena jika kita bersifat tawadhu akan mendapatkan timbal balik
yang baik untuk kita dan dengan sifat tawadhu ini, tidak akan membuat orang
disekitar kita tersakiti.
Jadi
saat hati kita sudah memasang alarm kesombongan, bergegaslah istighfar, dan
berushalah berkata yang baik.
Hasan
Al-Bashri pernah mengatakan bahwa, “ engkau jika ingin belajar tawadhu, engkau
keluar rumah, ketika engkau melihat orang yang lebih tua dari engkau,
katakanlah pada dirimu, “ Ini orang tua, dia beribadah kepada Allah sebelum aku
beibadah. Ketika engkau melihat anak muda yang dibawahmu, maka katakanlah, “ Ya
Allah dia lebih baik dari aku, karena aku berbuat maksiat dahulu sebelum dia
berbuat maksiat”
Masyallah
luar biasa bukan, maksud dari perkataan beliau ialah menandakan bahwa kita
harus merendahkan hati, dan merasa mereka yang kita lihat jauh lebih baik dari
pada diri ini. Karena kita tidak pernah tahu ada amalan apa yang mereka lakukan
yang membuat mereka masuk kedalam surganya Allah kelak.
Komentar
Posting Komentar